Catatan Kecil

Jumat, 11 Juli 2008

Hubungan IQ, EQ, dan SQ dengan Kesuksesan Kerja

Suplemen Mata Kuliah Perilaku Organisasi, 2008
Dalam kajian perkuliahan "Perilaku Organisasi" khususnya pada Subbab "Dasar-dasar Perilaku Individual" Stephen P. Robbin (1996) membicarakan tentang kemampuan manusia yang terdiri dari 2, yakni: 1). Kemampuan Fisik, yang berkaitan dengan stamina, kecekatan, dan kekuatan; 2). Kemampuan Intelejensi (Intelegencee Quotient/IQ), yang diindikasikan dengan kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran indusktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan. Namun dalam perkembangannya, pakar-pakar psikologi dan neuroscience banyak melakukan penelitian bahwa setidaknya ada 2 lagi bentuk kecerdasan manusia disamping IQ, mereka menyebutnya dengan kecerdasan emosional (emotional intelegency), dan kecerdasan spiritual (spiritual intelegency). Guna melengkapi pemahaman tentang ketiga bentuk kecerdasan tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap dunia kerja, dapat kita pahami dari cuplikan video berikut ini: Pernyataan dalam video di atas bahwa sebenarnya IQ, EQ, dan SQ tersimpan di dalam otak manusia melalui penyelidikan-penyelidikan ilmiah di bidang neouroscience, yakni: - IQ terletak pada Neokorteks - EQ terletak lymbic system - SQ terletak pada temporallobe Lalu bagaimana kaitan ketiga bentuk kecerdasan tersebut terhadap kesuksesan seseorang dalam kehidupan bekerja di organisasi seperti perusahaan? Kesuksesan bekerja akan bisa dicapai apabila kita mampu mengintegrasikan ketiga bentuk kecerdasan tersebut di dalam diri kita. Apabila seorang karyawan hanya berfokus kepada salah satu bentuk kecerdasan saja, misalnya IQ semata, maka perilakunya dalam bekerja adalah kesombongan yakni memandang rendah orang lain yang memiliki kemampuan intelektual di bawah dirinya. Ia tidak akan bisa bekerja sama di dalam tim, akibatnya orang tersebut akan dapat mengalami ketidaksempurnaan kinerja karena biasanya manusia secara individual memiliki keterbatasan fisik. Demikian juga apabila seorang karyawan hanya mengandalkan kemampuan emosional saja. Maka ia dapat menjadi orang yang berperilaku ganda, berbeda apa yang diucapkan dengan apa yang ada di dalam hati, hanya karena bermaksud ingin menyenangkan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Misalnya seorang karyawan melayani pelanggannya yang datang untuk melakukan komplain terhadap produk yang dibelinya beberapa waktu yang lalu. Sang pelanggan menyatakan bahwa produknya harus diganti secepatnya dengan produk yang baru. Karena ingin menyenangkan pelanggan maka karyawan menyatakan bahwa produknya pasti diganti oleh perusahaan pada minggu depan, padahal karyawan tersebut tahu bahwa sebenarnya produk baru bisa dikirim dari pusat sekitar 1 bulan. Dapat kita bayangkan bagaimana kecewanya sang pelanggan ketika ia datang pada saat yang dijanjikan. Ketiga, apabila karyawan hanya lebih berperhatian kepada kecerdasan spiritual, pasrah kepada apa yang terjadi karena dia berpikir bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupannya adalah kehendak Tuhan. Dia hanya berpikir untuk beribadah saja di dalam kantor padahal pekerjaan yang harus dilakukan cukup banyak, akhirnya pimpinan marah dan pelanggan menjadi kecewa. Ia juga selalu menceramahi orang lain agar berbuat benar sesuai dengan ajaran agama, sehingga sikap rekan kerja menjadi negatif kepadanya karena dianggap seperti anak kecil dan akhirnya dia dijauhi oleh rekan-rekan sekantor. Apa dampak yang timbul? Intinya adalah keseimbangan, keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ. Tidak berfokus hanya kepada salah satu kecerdasan saja, dan juga tidak mengabaikan salah satu darinya. Kemampuan seseorang mengintegrasikan ketiga bentuk kecerdasan yang ada, akan menjadikan seorang yang bekerja menjadi berprestasi, juga mempengaruhi kedudukan karirnya, serta tingkat kompensasi yang diberikan perusahaan kepadanya.



Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Azuar Juliandi. Designed by OddThemes