Catatan Kecil

Minggu, 15 Juni 2008

Mengapa 1:0=~ ?

Pernahkah kita pikirkan mengapa sesuatu yang dibagi dengan nol jumlahnya tak terhingga? Misalnya: 1:0=~ 2:0=~ 399:0=~ Bagaimana logika matematikanya? dan apa makna filosofis di sebalik itu? Ini dia jawabannya: 1:10,000,000 = 0.0000001 1:1,000,000 = 0.000001 1:100,000 = 0.00001 1:10,000 = 0.0001 1:1,000.00 = 0.001 1:100 = 0.01 1:1 = 1 1:0.10 = 10 1:0.01 = 100 1:0.001 = 1,000 1:0.0001 = 10,000 1:0.00001 = 100,000 1:0.000001 = 1,000,000 1:0.0000001 = 10,000,000 1:0.00000001 = 100,000,000 1:0.000000001 = 1,000,000,000 1:0.0000000001 = 10,000,000,000 1:0.00000000001 = 100,000,000,000 1:0.000000000001= 1,000,000,000,000 1:0.0000000000001= 10,000,000,000,000 1:dst. = … Semakin mendekati nol, maka semakin besar hasilnya. Dan jika 1:0 = ~

Ilustrasi 1

Nah, bayangkan, jika kita melakukan sesuatu perbuatan baik, seperti memberi sedekah kepada orang lain sebesar 100 rupiah (100) dengan ikhlas (0) tanpa berharap balasan apa-apa, maka nilai yang diperoleh adalah tak terhingga (~). Dalam Al-Qur'an Allah berfirman yang artinya:"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (Q.S. Al-Baqarah:261). Jika menggunakan matematika manusia, kira-kira begini: 1 butir x 7 bulir/tangkai x 100 biji 1 x 7 x 100=700 Misalnya kita memberi sedekah kepada orang yang berhak sebesar Rp. 1.000 saja, maka berdasarkan formula tersebut: 1.000 x 700=700.000. Ilustrasi di bawah ini akan membuat kita terkejut. 1 x700=700 100 x700=70,000 1,000 x700=700,000 10,000 x700=7,000,000 100,000 x700=70,000,000 1,000,000 x700=700,000,000 10,000,000 x700=7,000,000,000 100,000,000 x700=70,000,000,000 1,000,000,000 x700=700,000,000,000

Ilustrasi 2

Bayangkan, jika kita bersedekah 10 ribu saja, maka Allah akan membalasnya menjadi 7 juta. Apakah ini benar? Benar, yang suka berbohong hanya manusia, Allah tidak pernah berbohong. Jumlah tersebut akan bisa diperoleh jika kita ikhlas dalam memberi. Namun perlu diperhatikan bahwa jumlah tersebut adalah pernyataan Allah, bagi manusia tentunya jauh lebih besar lagi, seperti arti ayat berikut ini: "Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu"(Q.S. Al-Hajj 47). Ini berarti 1 hari x 365 hari dalam setahun x 1000 tahun (1x365x1.000=365.000). Nah jika dikaitkan dengan Q.S. Al-Baqarah:261 bahwa 1 berlipat ganda menjadi 700, maka bagi manusia hitungan tersebut menjadi: 1x700x365.000=255.500.000 Dengan demikian, jika kita memberi sebagai sedekah dengan ikhlas kepada orang lain, maka ilustrasi 2 akan berubah seperti di bawah ini: 1 x 255,500,000 = 255,500,000 100 x 255,500,000 = 25,550,000,000 1,000 x 255,500,000 = 255,500,000,000 10,000 x 255,500,000 = 2,555,000,000,000 100,000 x 255,500,000 = 25,550,000,000,000 1,000,000 x 255,500,000 = 255,500,000,000,000 10,000,000 x 255,500,000 = 2,555,000,000,000,000 100,000,000 x 255,500,000 = 25,550,000,000,000,000 1,000,000,000 x 255,500,000 = 255,500,000,000,000,000

Ilustrasi 3

Andai saja menurut ilustrasi di atas kita bersedekah 1000 rupiah, maka Allah akan membalasnya sebesar 255,5 milyar. Wah, benarkah Allah memberi sejumlah itu? Benar, yang suka berbohong hanya manusia, Allah tidak pernah berbohong. Jumlah tersebut akan bisa diperoleh jika kita ikhlas dalam memberi. Mungkin sebahagian diberi di dunia, sebahagian lagi menjadi investasi untuk akhirat dalam bentuk nonfinansial. Nah, setelah melihat hitungan-hitungan di atas, kita akan merasa takjub dengan kemurahan Allah kepada manusia. Hanya saja, setelah melihat ilustrasi-ilustrasi tersebut kita jangan sampai besok semua berlomba-lomba bersedekah gara-gara mengharap balasan yang besar, semuanya harus dengan ikhlas (1:0). Tanamkan saja di dalam hati ketika akan bersedekah, Allah sudah terlalu banyak memberi kepada diri kita berupa kenikmatan, maka kita perlu membagi sebahagian kenikmatan tersebut kepada yang membutuhkan. Masalah berapa besar Dia membalas, tidak usah diharap, biarkan Ia berkehendak sesuai dengan Ilmu-Nya.



Sabtu, 14 Juni 2008

Mencari Kata dalam Al-Qur'an Terjemah (Download)

Terkadang kita ingin mencari sesuatu kata di dalam terjemahan Al-Qur'an, misalnya "surga". Kata tersebut terdapat di surah apa dan ayat berapa saja? Jika menggunakan cara konvensional yakni dengan melihat kitab terjemahan Al-Qur'an versi cetak tentu akan memakan waktu yang sangat lama.

Beruntung dengan berkembangnya teknologi, kini banyak software atau program digital Al-Qur'an yang bisa dioperasikan di komputer milik kita, salah satunya adalah program "Terjemah Al-Qur'an versi 1.5" yang bisa di-download dari situs http://ebsoft.web.id, atau klik di sini untuk men-download langsung. File yang bisa diunduh berukuran cukup kecil yakni hanya 271 kb.

Cara penggunaanya, sangat mudah:

- Install program yang telah didownload dengan cara mengklik dua kali file yang telah didownload tersebut.
- Buka program yang sudah diinstal
- Ketikkan kata terjemahan yang hendak di cari, misalnya "surga", maka akan ditampilkan hasil pencarian dengan indeks surah dan ayatnya.














Ada pilihan yang disediakan di dalam program tersebut, yakni:
- Mencentang/checklist "kata tepat sama" jika Anda ingin hasil pencarian dengan kata yang benar-benar sama dengan kata kunci.
- Mencentang "tandai tebal" agar kata hasil pencarian bercetak tebal sehingga memudahkan kita untuk melihatnya.
- Klik menu "Simpan" jika ingin menyimpan hasil pencarian.
- Klik "Pilih semua" jika ingin memblog hasil pencarian
- Klik "Copy" untuk menyalin seluruh kata yang telah diblog, agar bisa di-paste ke halaman word.

Jumat, 13 Juni 2008

Keraslah kepada Diri Sendiri, maka Kehidupan akan Lembut kepadamu

Saat sedang menuju ke kampus untuk menjalankan tugas "mencerdaskan anak bangsa" saya mendengarkan sebuah dialog yang cukup menyentuh emosional dari sebuah stasiun radio swasta. Salah satu ungkapan yang menyentuh tersebut adalah "Keraslah terhadap diri Anda hari ini, maka esok hari kehidupan akan bersikap lemah lembut kepada Anda. Lembutlah kepada diri Anda hari ini, maka esok hari kehidupan akan bersikap keras terhadap Anda".




Ya benar, kata-kata filosofis itu sulit terbantahkan. Jika hari ini kita keras terhadap diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang positif, maka esok hari kita akan mendapatkan hasil yang menyenangkan. Coba renungkan:

Jika saja saat sekolah dulu kita memaksakan diri untuk belajar keras maka hari ini kita tidak akan kuliah di perguruan tinggi swasta, mungkin kita berada di UI, UGM, atau bahkan di Harvard University. Tapi sudah terlanjur, kita hanya bermalas-malasan dalam belajar, kini harus rela untuk berada di tempat kita sekarang menuntut ilmu, uang SPP mahal, buku-buku harus membeli, sudah selesai menjadi seorang sarjana harus melamar ke sana ke mari. Bandingkan dengan mereka yang dulu belajar serius, sekolah di perguruan tinggi negeri atau di luar negeri, SPP murah bahkan gratis karena banyak tersedia beasiswa, buku-buku tinggal meminjam di perpustakaan karena koleksinya banyak dan beragam sehingga tidak perlu membeli, sudah selesai menjadi sarjana tidak perlu ke sana kemari karena banyak perusahaan yang meminta dan memberikan gaji yang layak. Kehidupan menjadi bersikap lemah lembut kepada mereka.

Jika saja hari ini kita keras kepada diri sendiri untuk selalu menjaga kesehatan, selalu berolah raga, mengkonsumsi makanan-makanan sehat, menjaga waktu istirahat, maka esok hari di waktu tua, kita tidak mengalami apa yang dialami kebanyakan orang saat ini, menderita penyakit jantung, darah tinggi, asam urat, kanker, dan penyakit modern lainnya. Kembali nyata, bahwa kehidupan akan bersikap lemah lembut jika kita keras, dan bersikap keras jika hari ini kita terlalu lembut kepada diri sendiri.
Andai saja hari ini kita keras terhadap diri sendiri untuk menyusun skripsi dengan kemampuan diri sendiri, maka esok hari di saat kita bekerja kita tidak terkejut dengan kehidupan di dunia kerja, seperti konsep-mengkonsep, kerja keras, mengejar target. Orang-orang yang terbiasa melakukannya akan sukses dalam berkarir, berpenghasilan besar, dan dengan penghasilannya ia mampu memenuhi kehidupan layak, menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan berkualitas, liburan setiap akhir pekan. Betapa menyenangkan, kehidupan begitu menjadi lemah lembut kepada kita.

Andai saja dulu orang-orang memelihara lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang hutan, tidak merusak bumi, maka hari ini tidak akan ada banjir seperti terlihat dimana-mana, tidak ada Global Warning yang dikhawatirkan dunia. Kini sudah terlanjur, alam ini menjadi sangat keras kepada kita.

Andai saja hari ini kita bertekad keras untuk membantu orang lain dan sesama yang sedang kesusahan dengan rasa tanpa pamrih, maka esok hari orang lain yang akan membantu menepiskan kesulitan yang kita alami. Kehidupan menjadi tidak memberatkan karena ada orang lain yang perduli.

Andai saja hari ini kita begitu keras menjaga ibadah, sholat, berpuasa, dan ibadah-ibadah wajib lainnya, maka esok hari kita akan berada di surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, ditemani bidadari yang rupawan, dan kehidupan menyenangkan lainnya yang belum terlintas di hari atau terpikirkan di kepala. Mengesankan, dengan kerasnya hari ini, kehidupan esok di akhirat begitu lembutnya menyapa kita.

Sayangnya kita tidak bersedia untuk bersikap keras terhadap diri sendiri (mungkin termasuk saya), sehingga kehidupan ini menjadi bersikap keras kepada diri kita. Kehidupan ini seperti membalaskan dendamnya, karena dulu kita terlalu lembut kepada diri sendiri. Susah mencari kerja, kekurangan uang, banting tulang peras keringat, penyakit beragam menggerogoti tubuh, adalah fenomena yang banyak ditemui di sekeliling kita, bahkan bisa saja diri kita sendiri. Kehidupan menjadi begitu keras, melelahkan, membosankan, karena dulu, kita tidak bersikap keras terhadap diri sendiri.

Menjadi Manusia baru dengan Skripsi

Belakangan banyak mahasiswa mengeluh tentang semakin sulitnya proses menyusun tugas akhir skripsi di Program Studi Manajemen UMSU. Untuk mengajukan judul saja mahasiswa harus membuat surat pernyataan tentang originalitas penelitian dan kebenaran lokasi penelitian di atas kertas bermaterai, membawa referensi jurnal-jurnal penelitian, menunjukkan persetujuan dari perusahaan dengan bukti stempel perusahaan di atas formulir pengajuan judul, dan segala hal yang memusingkan mahasiswa. Sepertinya, skripsi menentukan hidup matinya mahasiswa, kalau tidak ikut prosedur, maka mahasiswa bisa tamat riwayatnya. Sebagian mahasiswa mengeluh proses ini terlalu berat, sebagian menganggap skripsi adalah "momok" atau "hantu" yang menakutkan. Memang belakang program studi membuat kebijakan seperti di atas, kebijakan terakhir adalah membuat surat pernyataan di atas kertas bermaterai. Sebenarnya hal ini tidak perlu dilakukan jika mahasiswa mengikuti prosedur yang telah ada selama ini. Hanya saja belakangan ditemui kasus adanya mahasiswa program studi lain yang memalsukan kop surat perusahaan sekaligus stempelnya. Tentu saja ini perbuatan tercela. Mengantisipasi terjadinya kasus tersebut maka seluruh program studi sepakat untuk memberlakukan peraturan yang ketat dan terkesan berlebihan. Sebenarnya hal tersebut adalah wajar-wajar saja, untuk kebaikan mahasiswa sendiri dalam proses pembelajaran untuk bertindak benar, berlaku jujur, serius, dan bekerja keras dalam meraih sesuatu hal, termasuk meraih gelar kesarjanaannya. Mengapa dari dulu hingga sekarang mahasiswa selalu mengalami permasalahan dalam menyelesaikan tugas akhir. Skripsi dianggap momok, hantu yang menakutkan. Skripsi cukup mampu menguras tenaga, pikiran, waktu, dan juga biaya. Skripsi dianggap sebagai sesuatu yang seolah-olah terlalu sakral. Selain kasus-kasus di atas, mahasiswa kembali memiliki permasalahan seperti kasus-kasus sulitnya proses bimbingan skripsi kepada dosen. Banyak dosen terlalu kritis terhadap penelitian/skripsi mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulang-ulang karena skripsinya belum sempurna. Ada dosen yang rajin membatik setiap halaman skripsi mahasiswa dengan coretan-coretan yang kadang-kadang disertai kalimat-kalimat emosional. Beberapa dosen sibuk dengan statistik yang njelimet membuat pikiran terkuras. Ada juga kasus dosen yang sulit untuk ditemui di kampus karena banyak bisnis di luar atau penuh waktunya untuk mengajar di berbagai universitas lain, anehnya mereka tidak bersedia ditemui di rumah. Lalu harus dimana bertemu dan bagaimana bersikap? Belum selesai sampai di situ, permasalahan terakhir adalah proses sidang meja hijau. Sidang meja hijau seolah-olah berubah menjadi ajang pembantaian. Beberapa mahasiswa mengalami shock, pingsan, menangis, tubuh berkeringat dingin. Sebagian kecil gagal dalam ujian dan harus mengikuti sidang ulang. Namun, ada hikmah di sebalik semua proses penelitian dan menyelesaikan skripsi. Skripsi adalah proses pembelajaran untuk melatih otak (intelektual) dan emosional (psikologis), seperti:
  • Melatih berpikir ilmiah
  • Melatih menulis
  • Melatih kejujuran
  • Melatih kerja keras
  • Melatih kedisiplinan
  • Melatih kesabaran
Pertama, melatih berpikir ilmiah. Karena skripsi merupakan program penelitian ilmiah, maka dengan adanya skripsi maka mahasiswa diajak untuk belajar bagaimana berpikir ilmiah yakni rasional (masuk akal), empiris (berdasar pada fakta), dan sistematis (bertahap). Bayangkan seorang mahasiswa jika memiliki nilai-nilai seperti itu di dalam dirinya, maka ia akan menjadi seorang pengambil keputusan yang hebat, misalnya ketika bekerja seusai menyelesaikan pendidikan dan menjadi pimpinan atau manager di tempat ia bekerja. Karena sudah dibiasakan berproses ilmiah maka tidak ada masalah baginya untuk mengambil keputusan untuk sesuatu hal. Kedua, melatih menulis. Aktivitas menulis, mengkonsep, tidak bisa terhindar dari diri kita. Begitu juga saat berada di dunia kerja, entah itu sebagai atasan yang selalu mengkonsep rencana-rencana strategis bagi organisasinya, atau sebagai bawahan yang kerap mengikuti instruksi atau perintah bawahan untuk mengkonsep sesuatu untuk keperluan tugas. Bayangkan, jika saat menjadi mahasiswa tidak pernah dibiasakan menulis, maka kegiatan konsep-mengkonsep akan menjadi permasalahan yang cukup berarti. Ketiga, melatih kejujuran. Proses skripsi adalah proses pembelajaran kejujuran. Mengumpulkan data harus jujur, mengolah data harus jujur, demikian juga menganalisis data. Ada praktik-praktik bahwa skripsi mahasiswa tidak dirancang dengan keringat mereka sendiri. Mereka datang ke rental-rental komputer dan membayar dengan sejumlah uang tertentu. Ini artinya mahasiswa tidak bertindak jujur. Skripsi adalah milik diri si mahasiswa sendiri, maka yang mengerjakannyapun harus sendiri. Sering ada sindiran kepada mahasiswa, nanti kalau Anda sudah menikah dan pengen punya anak, bukankah kita yang berproduksi sendiri? Tidak minta orang lain untuk membuatkannya? Sindirannya terdengar sadis memang. Ketiga, melatih kerja keras. Orang-orang yang sukses di dunia ini adalah mereka yang bekerja keras. Hampir tidak pernah kita mendengar ada orang yang malas tapi sukses dalam kehidupannya. Skripsi adalah proses untuk belajar bekerja keras. Seorang mahasiswa harus meluangkat waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengumpulkan referensi, datang ke lokasi penelitian, mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data, bimbingan, dan seterusnya. Hanya mahasiswa-mahasiswa yang punya keinginan keras yang bisa selesai dengan baik dan memperoleh nilai yang baik pula. Bayangkan bagaimana jika seorang mahasiswa hanya malas-malasan dikost, menonton TV, sibuk keluyuran atau pacaran, tetapi malas untuk mengerjakan tugas akhirnya, mereka akan tertinggal dibanding dengan rekan-rekannya yang bekerja keras memanfaatkan waktu mereka. Kadang-kadang ada mahasiswa yang tidak memiliki jiwa berjuang, gigih, dan mau berkorban. Mereka hanya berharap pertolongan orang lain, tidak memiliki keyakinan jika dirinya pun bisa melakukan. Keempat, melatih kedisiplinan. Orang yang sukses adalah orang yang disiplin. Perusahaan-perusahaan besar dan profesional membutuhkan orang-orang seperti ini. Seandainya perusahaan tidak menerapkan disiplin, maka pekerjaan akan terbengkalai, target profit tidak akan tercapai, perusahaan tidak mampu membayar kompensasi yang layak kepada karyawannya. Lalu mengapa skripsi dikaitkan dengan kedisiplinan? Proses mengerjakan skripsi memerlukan kedisiplinan tinggi. Kita harus pandai merencanakan waktu dan taat kepada rencana yang telah dibuat. Misalnya kapan harus mengajukan judul, ke perusahaan, seminar, dan bertemu dengan dosen. Pada saat selesai bimbingan dengan dosen, kita perlu memaksanakan diri untuk segera menyempurnakan hasil koreksi dosen, bukannya memperlambat-lambat proses penyempurnaan yang hanya akan memperlambat waktu kita untuk bisa mengikuti sidang meja hijau dan wisuda sarjana. Melatih kesabaran. Kadang-kadang proses skripsi cukup menyita emosional, seperti timbulnya stress karena menerima amarah dari dosen, kritisnya dosen dalam membimbing, belum lagi
jika mengalami kesulitan dalam menjumpai dosen. Sebagai seorang manusia normal maka akan timbul feedback berupa benci, marah, dendam, dan perilaku psikologis lainnya kepada sang dosen. Namun tentu saja sebagai murid perlu patuh dan taat kepada sang dosen. Kita perlu bersikap bagaimana agar sang dosen tidak marah kepada kita saat berbicara kepada mereka, menemui, menelpon, atau memohon waktu kepadanya untuk bisa membimbing skripsi. Bagi sebagian dosen yang memiliki frekuensi kesibukan cukup tinggi, tentu akan mudah terpancing emosinya. Mahasiswa perlu memahami hal tersebut. Anggap saja angin lalu jika dosen meluapkan emosi. Paling-paling hanya sebatas itu saja, jarang ditemui dosen membawa emosinya sepanjang waktu, ia mudah melupakan kejadian sebelumnya. Hari-hari mendatang ia akan bersikap normal kembali. Banyak kemanfaatan lain dari skripsi yang tidak mungkin diurai satu persatu. Contoh-contoh di atas adalah proses pembelajaran saat berada dalam proses skripsi. Jika skripsi benar-benar dikerjakan dengan kemampuan diri sendiri, mengikuti proses dari awal hingga akhir dengan benar, maka setelah skripsi selesai, kita akan terlahir menjadi seorang "manusia baru". Ya, manusia yang ilmiah, mampu menulis dan mengkonsep, jujur, pekerja keras, disiplin, dan sabar, serta perilaku-perilaku positif lain. Semua itu adalah bekal untuk menjadi orang sukses di masa depan, baik di dunia kerja maupun kehidupan secara umum.

 
Copyright © 2014 Azuar Juliandi. Designed by OddThemes