Catatan Kecil

Jumat, 30 Mei 2008

Jumlah Indikator dalam Sebuah Variabel

Suplemen Mata Kuliah Penelitian Manajemen, 2008
Dalam penelitian ilmu-ilmu eksakta, instrumen untuk mengukur sesuatu sangat mudah ditemukan, misalnya instrumen untuk mengukur berat bisa menggunakan neraca, instrumen mengukur suhu dapat menggunakan termometer, dan sebagainya. Namun dalam ilmu sosial, tidak ada alat ukur seperti di dalam ilmu eksakta tersebut. Untuk itu jika peneliti ilmu sosial bermaksud mengukur atau menilai sesuatu, maka harus mendesain instrumen sendiri, misalnya angket. Ketika kita bermaksud menyusun instrumen penelitian seperti angket, maka cara termudah adalah terlebih dahulu menetapkan indikator-indikator dari suatu variabel. Makna indikator ini bisa juga diartikan sebagai kriteria-kriteria atau ukuran-ukuran untuk menilai sesuatu variabel penelitian. Ada pertanyaan (Yevita yang rajin banget nanya membuat saya jadi rajin nulis, hehehe, makasih), apakah sebuah variabel harus terdiri dari beberapa indikator? Jawabnya, seharusnya begitu. Saya akan memberikan sebuah contoh humoris tapi logis. Misalnya Yevita ingin menilai seorang cowok ganteng atau tidak (variabelnya adalah kegantengan), maka indikatornya bisa banyak bukan? Anggap saja contoh-contoh di bawah ini adalah indikator/kriteria dari ganteng atau tidaknya seseorang, maka bisa dilihat dari: - Matanya - Hidungnya - Tinggi badannya - Bentuk bodynya - Warna kulitnya - Model rambutnya - dan lain-lain (benar gak sih orang ganteng dilihat dari hal-hal tersebut? Tau ah, wong saya bukan cewek) Nah, tentunya semua indikator/kriteria di atas kamu jadikan sebagai alat ukur untuk mengukur kegantengan cowok tersebut, bukannya satu atau dua, tapi semua. Bayangkan saja, kalau indikator yang kita pakai hanyalah satu, misalnya "hidung" saja, kebetulan sang cowok hidungnya memang mancung, lantas apakah kita sudah bisa dan berani menyimpulkan kalau si cowok adalah ganteng? Bisa saja hidungnya mancung, tapi lihat dulu yang lain, bagaimana kalau matanya bengkak sebelah, badannya semekot (semeter kotor), atau bodynya pendek dan gendut. Apakah dia kita katakan ganteng? Hahahhahaha. Jadi kesimpulannya, indikator harus lebih dari satu jika kita bermaksud untuk mengukur suatu variabel, agar kita memang benar-benar mampu mengukur sedetail mungkin tentang variabel tersebut, dan agar dapat menarik kesimpulan bagaimana sebenarnya kondisi/kualitas dari variabel itu. Belum cukup sampai di situ, sebenarnya setiap item indikator masih bisa lagi kita rinci menjadi beberapa sub-sub indikator, dan dari setiap subindikator dapat disusun menjadi beberapa item pertanyaan di dalam angket. Namun memang hal tersebut pekerjaan yang sulit. Kita harus berkonsultasi dengan ahli, pembimbing, membaca referensi, atau melihat instrumen angket miliki orang lain yang sudah pernah digunakannya. Jika belum mampu melakukan hal demikian, bolehlah untuk tahap pembelajaran, setiap item indikator disusun menjadi satu atau dua pertanyaan angket, asal saja pertanyaan angketnya tidak memiliki makna yang berulang. Contoh pengulangan pertanyaan untuk suatu indikator (misalnya indikatornya hidung), bisa dilihat dalam ilustrasi berikut ini: 1. Anda memiliki hidung yang mancung? 2. Hidung Anda tidak pesek? Kedua pertanyaan tersebut sama saja bukan? Sama-sama mempertanyakan kondisi hidung yang dimiliki seseorang mancung atau tidak. Bagusnya pertanyaan tersebut dimodifikasi lagi, contohnya: 1. Anda memiliki hidung yang mancung? 2. Bulu hidung Anda tidak selalu menjulur keluar? (hahahahha) Nah, kedua pertanyaan tersebut berbeda makna, yang pertama mempertanyakan kemancungan hidung, yang kedua mempertanyakan bulu hidung, namun tetap mempertanyakan tentang seputar hidung bukan? Baiklah, rajin-rajin diskusi dengan saya Yevita, biar saya tetap rajin belajar dan buka-buka referensi lagi. Kalau tidak ada yang berdiskusi, otak saya bisa jadi beku. Boleh juga diinformasikan dengan teman-teman Anda untuk berdiskusi dengan saya. Tapi jangan dianggap saya dosen yang pintar ya, wong saya juga masih tetap belajar,walau sudah tidak kuliah lagi.

Sabtu, 24 Mei 2008

Excel: Merubah Kolom menjadi Baris

Bagaimana caranya jika kita bermaksud agar nilai-nilai di dalam suatu kolom pada Excel berubah menjadi baris? Jika dilakukan secara manual tentu akan mengorbankan waktu. Kita dapat menggunakan tools di Excell untuk melakukan hal tersebut. Hanya saja, mungkin sedikit orang yang memahami cara ini.




Di bawah ini langkah-langkah untuk memulai proses tranpose baris ke kolom, atau sebaliknya.

Pertama: Blok nilai-nilai yang ada di dalam suatu kolom













Kedua: Letakkan kursor mouse di suatu baris yang hendak anda tuju. Klik kanan pada baris tersebut, pilih "paste special".








Ketiga, beri centang pada "Tranpose", dan akhiri dengan mengklik tombol "OK".



















Jika sudah selesai dilakukan, maka akan terjadi perubahan seperti gambar di bawah ini.



Kamis, 22 Mei 2008

Consumer Decision Model (CDM)

Suplemen Mata Kuliah Penelitian Manajemen, 2008
Seorang mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Telkom di Bandung "Yevita" mempertanyakan tentang Consumer Decision Model (CDM). Berikut ini pertanyaan Yevita: 1. Apakah pengukuran efektifitas iklan dengan cdm ini hanya berlaku untuk iklan barang saja? Atau juga bisa untuk jasa karena kebetulan saya kuliah di ITT Telkom yang lebih ke jasa telekomunikasi? 2. Pada cdm ini ada 6 variabel, bagaimanakah bentuk dari kuesioner untuk penelitian ini, sehingga bisa mengukur efektifitas iklan berdasarkan 6 variabel tersebut? Wah, saya heran juga, kenapa pertanyaan itu ke saya ya, padahal beliau membaca CDM pada tulisan teman saya di salah satu edisi di Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis. Mungkin Saudara Yevita menggangap saya pakar (hehe, semoga saya jadi pakar beneran. Di Medan pakar=persatuan anak-anak karo). Namun demikian, walau bukan tulisan saya, agak berdosa rasanya kalau pertanyaan tersebut tidak dijawab, apalagi informasi tersebut memang dibutuhkan tidak hanya bagi Yevita, namun juga bagi pembaca lainnya. Berikut ini jawaban dari kedua pertanyaan di atas: 1. Pengukuran efektivitas iklan dengan CDM berlaku general, baik untuk pengukuran iklan produk barang maupun jasa. Dengan demikian jika seseorang bermaksud meneliti perilaku konsumen akibat iklan dari suatu produk jasa telekomunikasi seperti produk-produk Telkom, dapat menggunakan model tersebut 2. Di dalam Consumer Decision Model (CDM) Howard (Ade Gunawan, 2003, Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis, Vol. 04 No.01), ada enam variabel yang saling berhubungan (inrelatted variables) di dalam CDM tersebut, antara lain: a). Pesan Iklan (information); b). Pengenalan Merek (Brand Recognition);c). Keyakinan Konsumen (Attitude); d). Sikap Konsumen (Confidence), e). Niat Beli (Intention), dan f). Pembeli Nyata (Purchase). Berdasarkan variabel-variabel di dalam CDM tersebut kita bisa mendesain instrumen penelitian berupa angket. Cara yang mudah untuk mendesain angket bisa mengikuti contoh di dalam tabel di bawah. Pertama, kita menentukan apa variabelnya. Kedua, menentukan indikator masing-masing variabel, cara yang dapat dilakukan adalah merujuk teori. Ketiga, mengembangkan item-item angket dari setiap indikator yang ada, jumlah item adalah relatif, tergantung kepada kemampuan peneliti untuk mengembangkannya, hal yang perlu diperhatikan adalah tidak menyusun pertanyaan ganda/berulang di dalam angket.

Variabel

Indikator

Item angket

Pesan Iklan

1 informatif

1.

2. dst.

2 attraktif

3 profesional

Pengenalan Merek

1

2

3 dst

Keyakinan Konsumen

1

2

3 dst

Sikap Konsumen

1

2

3 dst

Niat Beli

1

2

3 dst

Pembeli Nyata/keputusan membeli

1

2

3 dst




 
Copyright © 2014 Azuar Juliandi. Designed by OddThemes