Minggu, 30 Desember 2007
Mengapa Kita Sholat
Jumat, 28 Desember 2007
Link Pembelajaran Manajemen
Portal hr:
Menghadapi si Tukang Fitnah dan si Sombong
Seorang tukang parkir marah-marah karena kesalahan kami memarkir kendaraan tidak pada tempatnya. Setelah mengalihkan lokasi parkir, saya berjalan sambil menggerutu, "Alah, apa pula tukang parkir itu marah-marah, macam tidak pernah saja dia berbuat salah". Lalu dengan ringan rekan saya S2 "Izal" nyeletuk, "Biarlah, cuma itu yang bisa dibanggakannya dalam hidupnya, yang lain dia tak bisa. Lagi pula memang kita yang salah".
Setelah kejadian tersebut, saya kembali teringat dengan sebagian dari ucapan rekan tersebut, "Biarlah, cuma itu yang bisa dibanggakannya dalam hidupnya, yang lain dia tak bisa". Saya berpikir, ini adalah kata-kata ampuh sebagai jurus untuk meredam amarah atau berprasangka negatif kepada orang lain.
Kata-kata tersebut adalah senjata psikologis yang cukup ampuh untuk menghadapi orang-orang negatif, misalnya menghadapi orang yang suka memfitnah, orang yang sombong, orang yang suka menzalimi diri kita, dan kategori orang-orang yang berkepribadian negatif lainnya.
Menghadapi si Tukang Fitnah
Pernahkah Anda difitnah oleh seseorang, atau digosipkan macam-macam?. Misalnya di dalam lingkungan pergaulan di kampus atau di dunia kerja, atau dimana saja. Terlalu sering?
Rekan saya yang juga berprofesi mengajar, adalah seorang laki-laki cukup ganteng, sebut saja Eman, Eman pernah berdua bersama adiknya seorang gadis yang manis di dalam mobil miliknya menuju ke tempat yang mereka tuju. Bagi orang yang tahu, tentu tidak ada masalah, karena di dalam mobil adalah adiknya sendiri. Ketika itu, kebetulan rekan sesama profesi melihat mereka berdua, dan kemudian berlalu entah kemana.Beberapa hari kemudian, beredarlah gosip bahwa Eman membawa mahasiswa berdua bersama mahasiswa di dalam mobilnya, dengan kata lain "dosen menggandeng mahasiswa".
Bagaimana sikap kita jika menghadapi hal tersebut? Perlukah kita mencak-mencak, mendatangi si tukang fitnah, dan berbaku hantam dengannya, atau memuntahkan emosi yang meluap-luap kepadanya di hadapan orang banyak? Bisa saja hal itu dilakukan, tapi predikat kita kurang lebih sama dengan si tukang fitnah, kita adalah "si pemarah", atau dibilang orang ”preman”.
Lalu bagaimana, jika ada orang lain yang menyampaikan cerita fitnah tentang diri kita kepada kita sendiri? Cukup sederhana, katakan saja, "Saya tidak berbuat buruk, di dalam mobil itu adalah adik saya, sama seperti Anda dan orang lain, yang mungkin juga memiliki seorang adik gadis. Itu semua adalah fitnah, tapi biarlah, Tuhan yang tahu, dan biarkanlah, mungkin cuma itu yang bisa dilakukan dan dibanggakannya dalam hidupnya, mungkin dia tak bisa melakukan hal lain".
Menghadapi Orang Sombong
Kita mungkin pernah menghadapi orang yang sombong, angkuh, atau tinggi hati menceritakan segala kelebihan dirinya dengan berapi-api. Bagi kita manusia biasa, bisa saja reaksi yang timbul adalah reaksi negatif, membumihanguskan ucapannya dengan berkata, "Wah, aku juga pernah melakukan lebih dari yang Anda lakukan".
Hasilnya komunikasi akan terputus, dia tersinggung, minder, dan komunikasi jadi terputus. Padahal mungkin saja banyak hal akan bisa diperoleh dari dirinya jika pembicaraan terus berlanjut.
Bisa juga reaksi negatif yang timbul menceritakan kesombongan orang tersebut kepada rekan lainnya, hasilnya "gosip", justru kita bertindak tidak bermanfaat yakni menceritakan kejelekan orang lain, dampaknya orang lain tersebut akan membenci, menjauhi, rekan yang kita anggap sombong tadi.
Jika begitu yang dilakukan, artinya kita tidak lebih baik dibanding orang sombong tersebut, predikatnya masih selevel, satu "si sombong", dan kita sendiri "si tukang gosip".
Lalu bagaimana yang baik? Agar emosi mereda, ucapkan saja dalam hati, "Biarlah, cuma itu yang mungkin bisa dibanggakannya dan dikerjakannya dalam hidupnya, mungkin saja tak ada hal lain yang bisa dia lakukan".
Lalu Bagaimana?
Senjata psikologis di atas "Biarlah, cuma itu yang mungkin bisa dibanggakannya dan dikerjakannya dalam hidupnya, mungkin saja tak ada hal lain yang bisa dia lakukan", perlu disampaikan kepada setiap orang, atau bahasa formilnya "disosialisasikan".
Ucapkan ketika kita tidak puas terhadap seseorang, ucapkan ketika kita menghadapi orang-orang yang negatif, ucapkan ketika ada orang yang menyampaikan hal-hal negatif. Ucapkan, ucapkan setiap saat, baik di dalam hati, atau dilisankan (lihat kondisi). Ucapkan berulang-ulang di setiap kesempatan, dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja, jika kita mulai mencium aroma negatif di lingkungan kita.
Selasa, 25 Desember 2007
Mengetik Super Cepat (1)
Minggu, 23 Desember 2007
Judul dan Masalah Penelitian
Banyak mahasiswa datang kepada saya, “Pak, saya hendak mengajukan judul”. Lho, mengapa harus judul dahulu? Apa permasalahan yang telah ditemukan, atau setidaknya gejala masalah apa yang telah diketahui? Menetapkan judul adalah aktivitas yang gampang dilakukan ketika permasalahan sudah diketahui dan ditetapkan.
Sekarang, langkah pertama adalah mengeksplorasi permasalahan. Misalnya kita pergi ke lokasi penelitian yang dimaksud, entah itu lingkungan perusahaan, masyarakat, dan sebagainya. Kita bisa melakukan pengamatan, wawancara, mengamati dokumen, atau menyebar kuisioner sebagai langkah untuk menemukan permasalahan.
Mungkin saja permasalahan yang ditemukan sangat banyak, misalnya ada gejala bahwa kinerja karyawan buruk, disiplin kerja karyawan rendah, perputaran/keluar masuk karyawan tinggi, kepuasan kerja karyawan rendah, dan sebagainya.
Apakah semua permasalahan tersebut harus diteliti? Jawabannya terserah kepada si peneliti. Namun bagi mahasiswa S1, yang baru belajar meneliti, mungkin bisa mengambil hanya satu permasalahan yang ada. Sebagai contoh ditetapkanlah kinerja sebagai permasalahan utama penelitian. Dengan kata lain, timbullah suatu pertanyaan mengapa kinerja karyawan rendah?
Jawabannya bisa bermacam-macam. Agar mudah, kita perlu menelaah referensi, bisa dari buku teks, jurnal, penelitian-penelitian seperti skripsi, tesis, atau disertasi. Temukan di sumber-sumber tersebut, faktor apa saja yang menyebabkan tinggi rendahnya kinerja karyawan. Misalnya dari sebuah buku teks, dinyatakan bahwa motivasi, kemampuan, dan dukungan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.
Langkah selanjutnya adalah menentukan, apakah seluruh faktor tersebut ingin diteliti atau tidak, atau hanya dibatasi pada satu atau dua faktor saja? Hal ini kembali kepada peneliti. Misalnya peneliti hanya bermaksud untuk mengkaji satu faktor saja, yakni motivasi.
Nah, sampai tahap ini sudah jelas apa permasalahan sebenarnya yang hendak kita kaji, yakni kinerja karyawan yang dipengaruhi oleh motivasi. Untuk menyusunnya menjadi sebuah judul penelitian adalah pekerjaan gampang. Di bawah ini ada beberapa alternatif judul penelitian dari permasalahan yang ada, antara lain:
- - Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan
- - Dampak motivasi terhadap kinerja karyawan
- - Analisis kinerja karyawan akibat motivasi
- - Analisis motivasi dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan
- - Peranan motivasi terhadap kinerja karyawan
- - Hubungan motivasi dengan kinerja karyawan
- - Dan sebagainya
Alternatif judul mana yang paling baik? Terserah peneliti judul mana yang hendak diteliti, semuanya bisa dijadikan sebagai judul. Namun perlu diperhatikan dalam menyusun sebuah judul penelitian, diantaranya harus mampu menunjukkan jenis penelitian, variabel, objek, dan lokasi penelitian. Misalnya ”Dampak motivasi terhadap kinerja karyawan PT. X Medan”
- - Jenis penelitian: dampak menunjukkan pendekatan penelitian asosiatif (biasanya kata-kata yang digunakan untuk pendekatan asosiatif adalah dampak, hubungan, pengaruh, peranan; sedangkan perbedaan, perbandingan, umumnya digunakan untuk pendekatan penelitian komparatif.
- - Variabel: motivasi dan kinerja
- - Objek penelitian: karyawan
- - Lokasi penelitian: PT.X Medan
Artikel mendatang saya akan berupaya untuk menulis tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Sabtu, 22 Desember 2007
Keuntungan Berinteraksi dengan Komputer
Saya terinspirasi dengan seorang teman ”Wandi”. Walau lulusan pesantren di daerah, ia memiliki skill cukup baik di bidang komputer sebagai hasil dari self learning, begitu katanya. Ketika ditanya, belajar komputer dimana? Ia menjawab cukup filosofis, dari Al-Qur’an. Kuncinya Al-Qur’an, semuanya ada di Al-Qur’an. Dengan sedikit berpikir saya kembali bertanya, di surah apa? Ia tertawa, tak menjawab apapun.
Tapi sungguh benar, setelah sekian lama berpikir saya menemukan jawabannya, ya di Surah Al-Alaq, “Iqra” yang artinya baca. Makna baca di situ cukup filosofis, membaca bisa berarti mempelajari, mengamati, menelusuri, yang intinya mencari informasi.
Sama halnya dengan komputer, komputer bisa dipelajari walau tidak di dalam sebuah lembaga formal. Cukup banyak orang yang mahir di bidang komputer dan memberikan kemanfaatan besar bagi dirinya, untuk bekerja dan menghasilkan uang. Banyak orang disegani di lingkungan pekerjaan karena skillnya yang cukup baik di bidang komputer, apalagi di jaman IT ini, semua serba computerized.
Tahun 1998 adalah momen awal mengenal dunia komputer. Ketika itu saya belum memahami komputer dengan sistem operasi Windows 3.1, apalagi menggunakannya, namun hampir seluruh rekan-rekan sekelas sudah familiar mengoperasikannya. Karena dalam waktu sesaat lagi akan menyusun proposal skripsi di USU, maka mau tidak mau harus mulai mencoba menggunakan komputer. Hampir setiap hari pergi ke rental komputer, minimal sejam perhari. Jika menemukan benturan, biasanya pegawai rental adalah sasaran yang paling tepat untuk bertanya, walaupun belasan sampai puluhan kali bertanya.
Seiring dengan waktu dan upaya tersebut, kemampuan berkomputer menjadi bertambah, lalu terbersit untuk membeli komputer. Kendalanya, uang tidak ada. Beruntung pada tahun 1999 Ompung (kakek) A. Purba, memberi uang pinjaman 1 juta rupiah (sampai akhir hayatnya pinjaman tersebut tak pernah dikembalikan, terima kasih ompung) yang menjadi modal untuk membeli seperangkat komputer 486DX. Hampir setiap hari tak pernah terlewatkan berdua dengan komputer pertama tersebut.
Sejak itulah, saya mulai mengeksplorasi komputer tersebut, mencari tahu apa kegunaan dan fungsi apapun di komputer. Satu demi satu pengetahuan baru bertambah, saya familiar dengan windows, merakit komputer, menginstal program-program aplikasi, sampai akhirnya berkenalan dengan internet di tahun 2001 pada saat sedang menjalani program S2. Variasi penggunaan komputerpun menjadi bertambah. Saya ingin memiliki sebuah situs pribadi, karena informasi yang kurang dan kondisi keuangan yang minim, akhirnya saya mulai mencoba merancang situs pribadi di sebuah webhosting gratisan. Puluhan sudah saya telah merancang situs gratis tersebut, ada yang sekedar coba-coba, dan beberapa masih hidup sampai sekarang.
Hingga saat ini hampir tak pernah terlewatkan seharipun untuk berkomputer. Umumnya yang dikerjakan adalah menyusun bahan ajar, membuat proposal dan laporan penelitian, mengup-date isi situs, mendownload program-program aplikasi, menginstal, dan lain-lain.
Syukurnya, dengan upaya masa lalu untuk memahami komputer telah membuahkan banyak hasil baik bagi diri pribadi maupun orang lain. Diantaranya beberapa kali telah berpartisipasi sebagai tim inti universitas mengerjakan berbagai program hibah seperti ISS, IMHERE, PHK, dan TPSDP, walau sekali yang baru berhasil yakni TPSDP-P3AI sebesar 1M yang dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan universitas. Tahun 2005 dan 2007 memenangkan kompetisi penelitian di tingkat nasional (Dikti) untuk program penelitian dosen muda, tahun 2007 pula memenangkan penelitian hibah bersaing, dan beberapa penelitian lagi yang kesemuanya memberikan kemanfaatan moril dan materil bagi diri pribadi.
Hal yang paling menyenangkan adalah kita menjadi tempat bertanya rekan-rekan seprofesi tentang permalasahan komputer, walaupun saya menyadari bahwa kemampuan komputer saya masih jauh di bawah orang lain. Ketika semakin banyak orang bertanya, semakin banyak pula bertambah pengetahuan tentang komputer, sebab ketika ada seseorang bertanya, maka timbul motivasi untuk mencari tahu lebih dari apa yang dipertanyakan orang tersebut.
Lama kelamaan, jika hal seperti ini kita lakukan dan jadikan kebiasaan, maka ke depan, kita akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup besar dalam dunia komputer, yang bisa memberikan kemanfaatan besar dalam kehidupan pribadi maupun organisasi tempat bekerja.
Bagaimana dengan Anda, adik-adikku mahasiswa Manajemen? Anda harus bisa jauh di atas saya, dan bisa melakukan lebih banyak dari yang telah saya lakukan.
Rabu, 19 Desember 2007
Jangan Takut Berkreasi
Kadang-kadang kita memiliki keinginan untuk berbuat sesuatu, apapun sesuatu itu. Tetapi selalu muncul di dalam pikiran sendiri kalau-kalau sesuatu yang akan kita buat akan ditertawakan orang lain, dilecehkan, dihina, dikatakan jelek, tidak berkualitas, dan pikiran negatif lainnya.
Biarkan saja, kalaupun ada orang yang berperilaku seperti itu terhadap diri kita, semua adalah hal yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi umumnya mereka yang mencerca, sebenarnya tidak bisa berbuat banyak, bahkan tidak bisa berbuat seperti yang kita lakukan. Selalu terjadi, seseorang dihina karena bermaksud melakukan sesuatu yang positif, tetapi ketika orang tersebut sukses dengan karya yang dilakukannya, banyak orang lain berdecak kagum. Mungkin saja orang yang menghina tadi tetap juga akan menghina, "ah...dia kan bisa begitu, karena si anu..". Memang selalu begitu, orang-orang yang berpikiran negatif tidak pernah mau kalah, tetapi kalau mau dilihat ke belakang, ia bahkan tak mampu berbuat apa-apa.
Orang-orang besar di dunia, seperti Thomas Alpha Edison Sang penemu listrik, bermula dari coba-coba. Tentu saja coba-coba yang dilakukannya adalah sebuah proses berpikir. Ia berpikir, ia mencoba, berulang-ulang gagal, dan akhirnya menemukan listrik yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia (baca kisahnya). Orang-orang sukses lainnya memiliki perjalanan yang sama, mencoba, gagal, ditertawakan, coba lagi, dan akhirnya sukses.
Kita juga perlu seperti itu, ketika muncul ide dan pikiran positif di dalam otak, dan sepertinya ide tersebut perlu dilakukan, maka lakukanlah. Jangan takut salah dan jangan takut gagal. Sesuatu yang dilakukan dengan serius, berulang-ulang, selalu membuahkan hasil cemerlang. Coba pikirkan sesuatu, cari informasi tentang hal tersebut, enath dari buku, majalah, internet, dan lain-lain. Lalu coba buat.
Belajar Berbagi
Sebagian orang di dunia ini, menganggap bahwa apabila kita membagi sesuatu yang kita miliki kepada orang lain, kita harus mendapatkan imbalan yang lebih dari orang lain, imbalan uang. Sebagian lagi berprinsip, untuk apa berbagi kepada orang lain, nanti orang lain yang akan menikmati hasil yang kita bagi, mereka bahkan tidak ingat sedikitpun kepada sang pemberi.
Bagusnya di dunia internet, prinsip sebagian orang tersebut tidak berlaku. Orang memberi dan berbagi tanpa mengharap imbalan apapun. Mereka tidak berharap uang, tidak berharap apakah orang yang diberi tersebut akan mengucapkan terima kasih atau tidak, ingat atau tidak kepada si pemberi, semuanya tidak ingin imbalan, semuanya gratis.
Alangkah indahnya ketika hal semacam ini juga ada di dunia nyata, bukan hanya di dunia maya (internet). Seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih memberi ilmunya kepada mahasiswa lain. Seorang dosen yang jago dan ahli di bidang tertentu, tanpa sungkan-sungkan berbagi kepada dosen lain dan mahasiswa. Orang kaya berbagi sebahagian hartanya kepada orang yang membutuhkan. Orang yang berbahagia berbagi kebahagiaan kepada mereka yang bersedih hati.
Namun memang, dunia nyata masih kalah dengan dunia maya. Orang yang berlebih harta takut kalau hartanya berkurang jika diberikan kepada orang miskin. Orang yang berilmu takut, jangan-jangan kalau ilmunya diberikan kepada orang lain, dia tidak lagi dianggap hebat. Seorang atasan takut memberi senyum dan keramahan kepada bawahan, karena nanti bawahan tidak lagi takut dan segan kepadanya.
Mungkin ada salahnya pendapat tersebut. Justru sebaliknya, biasanya orang yang suka membagi hartanya kepada orang lain, di saat lain dia akan memperoleh ganti yang berlipat-lipat, bukan dari orang yang diberi, tapi justru dari orang lain. Orang yang suka berbagi ilmu dan pengetahuan, justru ilmu dan pengetahuannya semakin menjadi-jadi, semakin banyak ilmu dan pengetahuan baru yang ia peroleh. Atasan yang suka tersenyum dan ramah kepada bawahan, bahkan selalu disenangi, dihormati, disanjung, menjadi pembicaraan di sesama bawahan dengan pembicaraan yang penuh pujian, dan menolongnya ketika atasan tersebut mengalami kesusahan.
Senin, 17 Desember 2007
Minggu, 30 September 2007
Menulis
- Banyak membaca. Baca apa saja, entah koran, majalah, serpihan kertas yang diperoleh di tepi jalan, spanduk atau iklan di persimpangan lampu merah, dan jangan lupa buku-buku referensi pembelajaran ilmu kita. Gunanya adalah untuk memperkaya kosa kata sekaligus memperkaya wawasan.
- Tuliskan apa saja. Paling adalah memiliki buku diary atau catatan harian, tulislah setiap hari di saat malam segala pengalaman yang ditemui pada hari ini. Tuliskan dengan apa adanya, tidak usah takut salah karena toh yang membaca adalah diri kita sendiri. Saat ini buku harian sudah banyak tersedia yakni situs-situs blog gratis, dengan sedikit kemauan kita akan mampu merancang blog untuk menjadi catatan harian kita. Coba menuliskan hal-hal lain, misalnya puisi tentang apa saja, baik tentang diri pribadi, teman karib, orang tua, sampah di jalanan, pohon-pohon, dan apapun yang ada dan kita saksikan sehari-hari. Jangan lewatkan satu malampun untuk menulis, lama kelamaan akan terasah kemampuan menulis.
- Publikasikan tulisan. Hal yang memotivasi diri kita untuk menulis adalah ketika tulisan kita dipublikasikan dan dibaca orang lain. Orang akan membaca, mungkin respon yang timbul adalah senang, sebagian orang akan mencibir. Abaikan saja pendapat orang lain yang negatif, fokuskan kepada mereka yang senang untuk membacanya. Jika orang lain senang dan mungkin memuji apa yang kita tulis, maka akan semakin tumbuhlah motivasi untuk membuat tulisan lain yang baru. Publikasikan tulisan kita di situs blog, surat kabar, majalah, agar bisa diakses dan dibaca secara luas oleh orang lain.
Step by Step Research & Writing
Why the Step by Step Approach?
Step 1 - Getting Started - preparing for the assignment and getting ready to choose a topic
Step 2 - Discovering and Choosing a Topic - reading to become informed
Step 3 - Looking for and Forming a Focus - exploring your topic
Step 4 - Gathering Information - which clarifies and supports your focus
Step 5 - Preparing to Write - analyzing and organizing your information and forming a thesis statement
Step 6 - Writing the Paper - writing, revising and finalizing